Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2018

Haiku

Cipak cipuk pyar Terhempas dengan keras Air terhenti Tergenang dangkal tempat merambat akar Tanah petani Senja menggantung tak surutkan semangat menjunjung asa Satu harapan ada curahan hujan cukup melimpah Setahun depan Tersedia simpanan Tenangkan hati

Lupa

"Sudah pulang, Ni?" teriak Mbok Runi dari arah dapur. "Ya," jawab Narini sedikit enggan. Pasti dia tahu kepulangan Narini dari suara motor yang dibawa. "Ni, makanan sudah siap di meja makan. Aku akan ke ladang dulu," kembali Mbok Runi bersuara dari dapur. Tak berniat sama sekali untuk menjawab, Narini segera menutup pintu kamarnya. Secepat dia menutup pintu, secepat itu pula dia mengganti seragam sekolahnya. Tanpa berlama-lama, dia pun berjalan menuju meja makan. Terperangah tak menjumpai apapun di meja makan, Narini pun memeriksa tungku di pojok dapur. Tungku itu dingin sedingin udara pagi berkabut. Narini pun kembali ke meja makan dengan segala keheranannya. Sangat jelas tadi dia mendengar suara Mbok Runi memanggilnya, namun keadaan dapur membantah semua pemikirannya. "Sudah pulang, Ni?" terdengar suara berat Pak No mengikuti derit pintu yang dibuka. Melihat Narini yang tak menjawab pertanyaannya dan terpaku di meja makan, Pak No mendekati